1.
PENGARUH
ASPEK KETAHANAN NASIONAL PADA KEHIDUPAN BERNEGARA
Ketahanan
nasional merupakan gambaran dari kondisi sistem (tata) kehidupan nasional dalam
berbagai aspek pada saat tertentu. Tiap-tiap aspek relatif berubah menurut
waktu, ruang dan lingkungan terutama pada aspek-aspek dinamis sehingga
interaksinya menciptakan kondisi umum yang sulit dipantau karena sangan
komplek.
Konsepsi
ketahanan nasional akan menyangkut hubungan antar aspek yang mendukung
kehidupan, yaitu:
1.Aspek
alamiah (Statis)
a.
Geografi
b.
Kependudukan
c.
Sumber kekayaan alam
2.Aspek
sosial (Dinamis)
a.Ideologi
b.Politik
c.Ekonomi
d.Sosial
budaya
e.Ketahanan
keamanan
PENGARUH
ASPEK IDEOLOGI
Ideologi
=> Suatu sistem nilai yang merupakan kebulatan ajaran yang memberikan
motivasi.
Dalam
Ideologi terkandung konsep dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh
bangsa. Keampuhan ideologi tergantung pada rangkaian nilai yang dikandungnya
yang dapat memenuhi serta menjamin segala aspirasi hidup dan kehidupan manusia.
Suatu ideologi bersumber dari suatu aliran pikiran/falsafah dan merupakan pelaksanaan
dari sistem falsafah itu sendiri.
·
IDEOLOGI DUNIA
a.Liberalisme(Individualisme)
Negara
adalah masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak semua orang
(individu) dalam masyarakat (kontraksosial). Liberalisme bertitik tolak dari
hak asasi yang melekat pada manusia sejak lahir dan tidak dapat diganggu gugat
oleh siapapun termasuk penguasa terkecuali atas persetujuan dari yang
bersangkutan. Paham liberalisme mempunyai nilai-nilai dasar (intrinsik) yaitu
kebebasan kepentingan pribadi yang menuntut kebebasan individu secara mutlak.
Tokoh: Thomas Hobbes, John Locke, J.J. Rousseau, Herbert Spencer, Harold J.
Laski
b.Komunisme(ClassTheory)
Negara
adalah susunan golongan (kelas) untuk menindas kelas lain.
Golongan
borjuis menindas golongan proletar (buruh), oleh karena itu kaum buruh
dianjurkan mengadakan revolusi politik untuk merebut kekuasaan negara dari kaum
kapitalis & borjuis, dalam upaya merebut kekuasaan / mempertahankannya,
komunisme,akan:
1. Menciptakan situasi konflik untuk mengadu golongan-golongan tertentu serta
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
2.
Atheis, agama adalah racun bagi kehidupan masyarakat.
3.
Mengkomuniskan dunia, masyarakat tanpa nasionalisme.
4.
Menginginkan masyarakat tanpa kelas, hidup aman, tanpa pertentangan, perombakan
masyarakat dengan revolusi.
c.PahamAgama
Negara
membina kehidupan keagamaan umat dan bersifat spiritual religius. Bersumber
pada falsafah keagamaan dalam kitab suci agama. Negara melaksanakan hukum agama
dalam kehidupan dunia.
·
IDEOLOGI PANCASILA
Merupakan
tatanan nilai yang digali (kristalisasi) dari nilai-nilai dasar budaya bangsa
Indonesia. Kelima sila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga
pemahaman dan pengamalannya harus mencakup semua nilai yang terkandung
didalamnya.
Ketahanan
ideologi diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan ideologi bangsa Indonesia
yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan kekuatan
nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan
serta gangguan yang dari luar/dalam, langsung/tidak langsung dalam rangka
menjamin kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan negara Indonesia.
Untuk
mewujudkannya diperlukan kondisi mental bangsa yang berlandaskan keyakinan akan
kebenaran ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara serta
pengamalannya yang konsisten dan berlanjut.
Untuk
memperkuat ketahanan ideologi perlu langkah pembinaan sebagai berikut:
1.Pengamalan
Pancasila secara obyektif dan subyektif.
2.Pancasila
sebagai ideologi terbuka perlu direlevansikan dan diaktualisasikan agar mampu
membimbing dan mengarahkan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
3.Bhineka
Tunggal Ika dan Wasantara terus dikembangkan dan ditanamkan dalam masyarakat
yang majemuk sebagai upaya untuk menjaga persatuan bangsa dan kesatuan wilayah.
4.Contoh
para pemimpin penyelenggara negara dan pemimpin tokoh masyarakat merupakan hal
yang sangat mendasar.
5.Pembangunan
seimbang antara fisik material dan mental spiritual untuk menghindari tumbuhnya
materialisme dan sekularisme
6.Pendidikan
moral Pancasila ditanamkan pada anak didik dengan cara mengintegrasikan ke dalam
mata pelajaran lain
PENGARUH ASPEK POLITIK
Politik
berasal dari kata politics dan atau policy yang berarti kekuasaan
(pemerintahan) atau kebijaksanaan.
Politik
di Indonesia:
1.
DalamNegeri
Adalah
kehidupan politik dan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan UUD ’45 yang mampu
menyerap aspirasi dan dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam satu system
yang unsur-unsurnya:
a.StrukturPolitik
Wadah
penyaluran pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat dan sekaligus
wadah dalam menjaring/pengkaderan pimpinan nasional
b.ProsesPolitik
Rangkaian
pengambilan keputusan tentang berbagai kepentingan politik maupun kepentingan
umum yang bersifat nasional dan penentuan dalam pemilihan kepemimpinan yang
akhirnya terselenggara pemilu.
c.BudayaPolitik
Pencerminan
dari aktualisasi hak dan kewajiban rakyat dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara yang dilakukan secara sadar dan rasional melalui
pendidikan politik dan kegiatan politik sesuai dengan disiplinnasional.
d.KomunikasiPolitik
Hubungan
timbal balik antar berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
baik rakyat sebagai sumber aspirasi maupun sumber pimpinan-pimpinan nasional
2.
LuarNegeri
Salah
satu sasaran pencapaian kepentingan nasional dalam pergaulan antar bangsa.
Landasan
Politik Luar Negeri = Pembukaan UUD ’45, melaksanakan ketertiban dunia,
berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial dan anti penjajahan
karena tidak sesuai dengan kemanusiaan dan keadilan.
Politik
Luar Negeri Indonesia adalah bebas dan aktif.
Bebas =
Indonesia tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa.
Aktif =
Indonesia dalam percayuran internasional tidak bersifat reaktif dan tidak
menjadi obyek, tetapi berperan atas dasar cita-citanya.
Untuk
mewujudkan ketahanan aspek politik diperlukan kehidupan politik bangsa yang
sehat dan dinamis yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas politik yang
bersadarkan Pancasila UUD ‘45
Ketahanan
pada aspek politik dalam negeri = Sistem pemerintahan yang berdasarkan hukum,
mekanisme politik yang memungkinkan adanya perbedaan pendapat. Kepemimpinan
nasional yang mengakomodasikan aspirasi yang hidup dalam masyarakat
Ketahanan
pada aspek politik luar negeri = meningkatkan kerjasama internasional yang
saling menguntungkan dan meningkatkan citra positif Indonesia. Kerjasama
dilakukan sesuai dengan kemampuan dan demi kepentingan nasional. Perkembangan,
perubahan, dan gejolak dunia terus diikuti dan dikaji dengan
seksama.memperkecil ketimpangan dan mengurangi ketidakadilan dengan negara
industri maju. Mewujudkan tatanan dunia baru dan ketertiban dunia. Peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Melindungi kepentingan Indonesia dari kegiatan
diplomasi negatif negara lain dan hak-hak WNI di luar negeri perlu ditingkatkan
PENGARUH ASPEK EKONOMI
Perekonomian:
1.Aspek
kehidupan nasional yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat
meliputi: produksi, distribusi, dan konsumsi barang-barang jasa
2.Usaha-usaha
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara individu maupun kelompok,
serta cara-cara yang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi
kebutuhan.
Sistem
perekonomian yang diterapkan oleh suatu negara akan memberi corak terhadap
kehidupan perekonomian negara yang bersangkutan. Sistem perekonomian liberal
dengan orientasi pasar secara murni akan sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh
dari luar, sebaliknya sistem perekonomian sosialis dengan sifat perencanaan dan
pengendalian oleh pemerintah kurang peka terhadap pengaruh-pengaruh dari luar.
Perekonomian
Indonesia = Pasal 33 UUD ‘45
Sistem
perekonomian sebagai usaha bersama berarti setiap warga negara mempunyai hak
dan kesempatan yang sama dalam menjalankan roda perekonomian dengan tujuan
untuk mensejahterakan bangsa. Dalam perekonomian Indonesia tidak dikenal
monopoli dan monopsoni baik oleh pemerintah/swasta. Secara makro sistem
perekonomian Indonesia dapat disebut sebagai sistem perekonomian kerakyatan.
Wujud
ketahanan ekonomi tercermin dalam kondisi kehidupan perekonomian bangsa yang
mengandung kemampuan memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis serta
kemampuan menciptakan kemandirian ekonomi nasional dengan daya saing tinggi dan
mewujudkan kemampuan rakyat.
Untuk
mencapai tingkat ketahanan ekonomi perlu pertahanan terhadap berbagai hal yang
menunjang, antara lain:
1.Sistem
ekonomi Indonesia harus mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan yang adil dan
merata.
2.EkonomiKerakyatanMenghindari:
a.
Sistem free fight liberalism: Menguntungkan pelaku ekonomi yang kuat.
b.
Sistem Etastisme: Mematikan potensi unit-unit ekonomi diluar sektor negara.
c.
Monopoli: Merugikan masyarakat dan bertentangan dengan cita-cita keadilan
sosial.
3.Struktur
ekonomi dimantapkan secara seimbang antara sektor pertanian, perindustrian dan
jasa.
4.Pembangunan
ekonomi dilaksanakan sebagai usaha bersama dibawah pengawasan anggota
masyarakat memotivasi dan mendorong peran serta masyarakat secara aktif.
5.Pemerataan
pembangunan.
6.Kemampuan
bersaing.
PENGARUH ASPEK SOSIAL
BUDAYA
Sosial
= Pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai
kebersamaan, senasib, sepenanggungan, solidaritas yang merupakan unsur
pemersatu
Budaya
= Sistem nilai yang merupakan hasil hubungan manusia dengan cipta rasa dan
karsa yang menumbuhkan gagasan-gagasan utama serta merupakan kekuatan pendukung
penggerak kehidupan.
Kebudayaan
diciptakan oleh faktor organobiologis manusia, lingkungan alam, lingkungan
psikologis, dan lingkungan sejarah.
Dalam
setiap kebudayaan daerah terdapat nilai budaya yang tidak dapat dipengaruhi
oleh budaya asing (local genuis). Local genuis itulah pangkal segala kemampuan
budaya daerah untuk menetralisir pengaruh negatif budaya asing.
Kebuadayaan
nasional merupakan hasil (resultante) interaksi dari budaya-budaya suku bangsa
(daerah) atau budaya asing (luar) yang kemudian diterima sebagai nilai bersama
seluruh bangsa. Interaksi budaya harus berjalan secara wajar dan alamiah tanpa
unsur paksaan dan dominasi budaya terhadap budaya lainnya.
Kebudayaan
nasional merupakan identitas dan menjadi kebanggaan Indonesia. Identitas bangsa
Indonesia adalah manusia dan masyarakat yang memiliki sifat-sifat dasar:
1.Religius
2.Kekeluargaan
3.Hidup
seba selaras
4.Kerakyatan
Wujud
ketahanan sosial budaya tercermin dalam kondisi kehidupan sosial budaya bangsa
yang dijiwai kepribadian nasional, yang mengandung kemampuan membentuk dan
mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, bersatu, cinta tanah air,
berkualitas, maju dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi dan
seimbang serta kemampuan menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai
dengan kebudayaan nasional.
PENGARUH ASPEK HANKAM
Pertahanan
Keamanan Indonesia=> Kesemestaan daya upaya seluruh rakyat Indonesia sebagai
satu sistem ketahanan keamanan negara dalam mempertahankan dan mengamankan
negara demi kelangsungan hidup dan kehidupan bangsa dan negara RI.
Pertahanan
keamanan negara RI dilaksanakan dengan menyusun, mengerahkan, menggerakkan
seluruh potensi nasional termasuk kekuatan masyarakat diseluruh bidang
kehidupan nasional secara terintegrasi dan terkoordinasi.
Penyelenggaraan
ketahanan dan keamanan secara nasional merupakan salah satu fungi utama dari
pemerintahan dan negara RI dengan TNI dan Polri sebagai intinya, guna
menciptakan keamanan bangsa dan negara dalam rangka mewujudkan ketahanan
nasional Indonesia.
Wujud
ketahanan keamanan tercermin dalam kondisi daya tangkal bangsa yang dilandasi
kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan memelihara
stabilitas pertahanan keamanan negara (Hankamneg) yang dinamis, mengamankan
pembangunan dan hasil-hasilnya serta kemampuan mempertahankan kedaulatan negara
dan menangkal segala bentuk ancaman.
Postur
kekuatan pertahanan keamanan mencakup:
1.Struktur
kekuatan
2.Tingkat
kemampuan
3.Gelar
kekuatan
Untuk
membangun postur kekuatan pertahanan keamanan melalui empat pendekatan:
1.Ancaman
2.Misi
3.Kewilayahan
4.Politik
Pertahanan
diarahkan untuk menghadapi ancaman dari luar dan menjadi tanggung jawab TNI.
Keamanan diarahkan untuk menghadapi ancaman dari dalam negeri dan menjadi
tanggung jawab Polri.
TNI
dapat dilibatkan untuk ikut menangani masalah keamanan apabila diminta atau
Polri sudah tidak mampu lagi karena eskalasi ancaman yang meningkat ke keadaan
darurat.
Secara
geografis ancaman dari luar akan menggunakan wilayah laut dan udara untuk
memasuki wilayah Indonesia (initial point). Oleh karena itu pembangunan postur kekuatan
pertahanan keamanan masa depan perlu diarahkan kepada pembangunan kekuatan
pertahanan keamanan secara proporsional dan seimbang antara unsur-unsur utama.
Kekuatan
Pertahanan = AD, AL, AU. Dan unsur utama Keamanan = Polri.
Gejolak
dalam negeri harus diwaspadai karena tidak menutup kemungkinan mengundang
campur tangan asing (link up) dengan alasan-alasan:
·
Menegakkan
HAM.
·
Demokrasi.
·
Penegakan
hukum.
·
Lingkungan
hidup.
Mengingat
keterbatasan yang ada, untuk mewujudkan postur kekuatan pertahanan keamanan
kita mengacu pada negara-negara lain yang membangun kekuatan pertahanan
keamanan melalui pendekatan misi yaitu = untuk melindungi diri sendiri dan
tidak untuk kepentingan invasi (standing armed forces):
- Perlawanan bersenjata = TNI, Polri, Ratih (rakyat
terlatih) sebagai fungsi perlawanan rakyat.
- Perlawanan tidak bersenjata = Ratih sebagai fungsi dari
TIBUM, KAMRA, LINMAS.
- Komponen pendukung = Sumber daya nasional sarana dan
prasarana serta perlindungan masyarakat terhadap bencana perang.
Ketahanan
pada Aspek Pertahanan Keamanan
- Mewujudkan kesiapsiagaan dan upaya bela negara melalui
penyelenggaraan SISKAMNAS.
- Indonesia adalah bangsa cinta damai, akan tetapi lebih
cinta kemerdekaan dan kedaulatan.
- Pembangunan pertahanan keamanan ditujukan untuk menjamin
perdamaian dan stabilitas keamanan.
- Potensi nasional dan hasil-hasil pembangunan harus
dilindungi.
- Mampu membuat perlengkapan dan peralatan pertahanan
keamanan.
- Pembangunan dan penggunaan kekuatan pertahanan keamanan
diselenggarakan oleh manusia-manusia yang berbudi luhur, arif, bijaksana,
menghormati HAM, menghayati nilai perang dan damai.
- TNI sebagai tentara rakyat, tentara pejuang berpedoman
pada Sapta Marga.
- Polri sebagai kekuatan inti KAMTIBMAS berpedoman pada
Tri Brata dan Catur Prasetya.
menurut saya sejauh ini
ketahanan nasional Indonesia saat ini kurang baik dan ada dua aspek yaitu
ancaman dari dalam negri dan luar negri :
- Ancaman Dari Dalam Negri contohnya adalah
pemberontakan dan subversi yang berasal atau terbentuk dari masyarakat.
- Ancaman Dari Luar Negri
contohnya adalah infiltrasi dan subversi maupun intervensi dari kekuatan
kolonialisme dan imperialisme serta invansi dari darat, udara dan laut
oleh musuh luar negri belum lagi saat ini saat ini sedang menghadapi
Masyarakat Ekonomi Asean yang banyak penduduk luar negri yang masuk ke
dalam negara Indonesia yang tidak menutup kemungkinan akan banyak imigran
gelap yang itu dapat menjadi ancaman baru seperti Teroris dll
sumber : http://jaenal-abidinbin.blogspot.co.id/2012/06/aspek-aspek-ketahanan-nasional.html
2. Contoh kasus pelaksanaan Demokrasi di Indonesia
- contoh
kasus pelaksanaan demokrasi di indonesia:
1998 terjadi penembakan
terhadap empat mahasiswa Trisakti. Penembakan ini dilakukan terhadap mahasiswa
pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini
menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta, Indonesia serta puluhan
lainnya luka.
Mereka yang tewas adalah
Elang Mulia Lesmana (1978 – 1998), Heri Hertanto (1977 – 1998), Hafidin Royan
(1976 – 1998), dan Hendriawan Sie (1975 – 1988). Mereka tewas tertembak di
dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala,
tenggorokan, dan dada.
Saat itu ekonomi
Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis finansial
Asia sepanjang 1997 – 1999. Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi
besar-besaran ke gedung DPR/MPR, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.
Mereka melakukan aksi
damai dari kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara pada pukul 12.30. Namun aksi
mereka dihambat oleh blokade dari Polri dan militer datang kemudian. Beberapa
mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri.
Pada pukul 5.15 sore
hari, para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak majunya aparat keamanan.
Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa
panik dan bercerai berai, sebagian besar berlindung di universitas Trisakti. Namun
aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan, dan
dilarikan ke RS Sumber Waras
- peran dari civil society :
Tidak mudah untuk
mengidentifikasi civil society di Indonesia. Beberapa pakar
politik maupun sosial bahkan, seringkali berselisih paham dalam
mengkategorisasikan jenis masyarakat sipil yang ada di Indonesia. Sebagai
contoh, apakah partai politik termasuk salah satu elemen masyarakat sipil
ataukah bukan, hingga kini masih debatable. Pro-kontra tampak masih
mewarnai narasi civil society di Indonesia. Untuk kasus partai
politik, sebagian kalangan menganggapnya sebagai bagian dari masyarakat sipil
sepanjang ia memainkan peran pengimbang kekuasaan negara. Biasanya, partai yang
dijadikan prototip bagi sebuah model civil society adalah
kategori partai dengan tingkat perolehan suara yang rendah, sehingga leluasa
dalam memainkan peran kontrol dan kritiknya terhadap negara. Sedangkan, mereka
yang enggan memasukkan partai politik sebagai elemen masyarakat sipil memandang
partai politik adalah bagian dari organisasi politik yang memiliki peluang
dalam merebut kekuasaan formal negara. Terlepas dari perdebatan yang ada,
mencermati dinamika dan perkembangan masyarakat sipil di Indonesia tetap
menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji.
Di awal telah disinggung
bahwa peran civil society dalam aras demokrasi adalah sesuatu
yang tak bisa ditawar. Terlebih, Indonesia pasca Orde Baru yang memberikan
peluang besar bagi tumbuh dan berkembangnya elemen masyarakat sipil patut
diapresiasi. Akan tetapi, hal itu tentu saja tidak membuat kita bertepuk dada.
Era reformasi hanyalah sebuah fase transisi menuju konsolidasi demokrasi. Fase
tersebut mestinya tercipta suatu kondisi di mana nilai-nilai demokrasi
mengalami pemolaan dalam setiap perilaku warga negaranya. Ironisnya, hampir 18
tahun reformasi bergulir, namun nilai-nilai dan norma demokrasi belum juga
menemukan proses pembatinan di dalam pola laku warga negaranya. Diakui atau
tidak, sejauh ini demokrasi masih terbatas pada tataran wacana yang terkadang
habis meluap di dalam warung-warung kopi, kalau bukan menjadi barang konsumsi
elit. Disadari bahwa demokrasi memang belum mengakar kuat pada masyarakat di
tingkat grass root. Masyarakat sebagian besar masih memandang
demokrasi hanya sebatas urusan prosedural-elektoral. Tentu saja, pemahaman
tersebut tidak mencerminkan substansi dari demokrasi itu sendiri.
Transisi menuju demokrasi (proses konsolidasi demokrasi) masih terus mendapat
tantangan dan ujian yang cukup berat, terlebih di era pemerintahan Jokowi saat
ini. Karenanya, rezim Jokowi mesti disambut penuh waspada dan curiga, tidak
sekadar bergegap gempita. Musuh-musuh demokrasi baik dari dalam maupun dari
luar masih terus mengintai–bahkan, tak segan mengandasi–perjalanan menuju
demokrasi yang dicita-citakan. Tanpa menyembunyikan pihak mana saja yang kini
masih terus menggerogoti demokrasi dari dalam yakni mereka yang belakangan ini
sering menggunakan jubah agama sebagai tamengnya. Fundamentalisme agama tampak
masih menjadi tantangan besar bagi republik ini menuju pembiasaan norma-norma
dan nilai demokrasi (konsolidasi demokrasi). Berikutnya adalah “si baret hijau”
yang kini terus mengonsolidasikan kekuatannya untuk merebut ruang sipil. Ajang
perebutan ruang publik yang kini dipentaskan oleh agen represif negara masih
menjadi hantu yang patut diwaspadai tindak-tanduknya. Parahnya “si baret
cokelat” yang mestinya tidak ikut-ikutan–mengingat statusnya sebagai warga sipil–justru
ikut ambil bagian dalam aksi represivitas yang tensinya terus meningkat
akhir-akhir ini.
Tantangan yang ketiga
adalah kuasa “pemodal-predatoris” yang kini bertengger di jajaran rezim
pemerintahan Jokowi. Khusus yang disebut terakhir ini pengaruhnya dalam
beberapa dekade terakhir ini cukup besar. Negara bahkan dibuat tak
berkutik–kalau tidak disebut mati kutuk dibuatnya. Tesis oligarki yang
jauh-jauh hari telah disentil oleh Richard Robinson dan Vedi R. Hadiz ketika
menganalisis kekuatan kapital di Indonesia mulai dari naiknya Suharto hingga
memasuki masa peralihan reformasi, sama sekali tidak mengubah konfigurasi
relasi kapital yang terbangun di tingkat elit. Bahkan, tesis tersebut menemukan
korelasinya dengan sikon yang berlangsung saat ini. Percaya atau tidak, rezim
Jokowi saat ini adalah representasi dari kuasa oligarki. Pembajakan demokrasi
oleh para oligarki yang saat ini bersarang di dalam rezim Jokowi nyaris
demokrasi direduksi hanya sekadar instrumen legitimasi kepentingan kelas
pemodal.
Banyak kalangan
menilai bahwa reformasi sama sekali belum mampu membawa dampak signifikan–untuk
tidak dikatakan gagal total–dalam mendorong demokratisasi. Masih banyak
terdapat praktik-praktik dari aparatus represif yang justru mengarah pada
kondisi kanibalistik. Pembantaian masih terjadi di mana-mana tanpa suatu alasan
yang jelas. Ruang diskursus publik masih dihantui oleh pelarangan dan
pembubaran paksa. Fenomena pembubaran diskusi publik serta penyisiran buku-buku
beraliran kiri yang terjadi beberapa tahun terkahir ini turut memperkuat
kenyataan tersebut. Aksi sepihak dan sewenang-wenang yang dilakukan oleh
aparatus negara represif tersebut nyata-nyata sangat mencederai nilai-nilai
demokrasi yang selama ini digelorakan. Kondisi demikian menunjukkan situasi paradoks.
Artinya, di satu sisi kita meneriakkan tegaknya demokrasi, namun di sisi
tertentu kita sendiri yang membunuh nilai-nilai demokrasi itu.
Harapan tegaknya nilai-nilai demokrasi itu tiada henti diteriakkan di setiap
sudut republik, sementara aksi pembungkaman dan pengebirian hak-hak politik
warga mendapat perlawanan yang serius oleh mereka yang anti-demokrasi. Tidak
hanya mereka yang berjubah agama, melainkan mereka yang getol mengumandangkan
demokrasi–borjuis lokal, nasional, asing, juga elit penyelenggara negara dan
aparatusnya. Iklim demokrasi Indonesia di era reformasi seolah menampilkan
wajah anomalinya yang tampak mengerikan, di mana panggung demokrasi benar-benar
diisi oleh manusia-manusia tak waras. Mereka seolah mengidap penyakit ketidakwarasan
atau kepribadian ganda (split of personality) yang
ujung-ujungnya mengarah pada perilaku inkonsistensi. Di satu sisi mereka
meneriakkan demokrasi adalah harga mati, namun pada saat yang sama mereka
justru membunuh nilai-nilai demokrasi itu sendiri.
Melihat kondisi yang ada, kita selayaknya bertanya, kira-kira sejauh mana
komitmen civil society ke depan dalam mendorong konsolidasi
demokrasi. Tentu, tugas tersebut bukan sebuah pekerjaan yang mudah. Mengingat,
konfigurasi gerakan civil society akhir-akhir ini yang kurang
solid ditambah kentalnya watak pragmatisme di kalangan masyarakat sipil.
Sehingga, kenyataan ini justru semakin memperkuat asumsi Vedi R. Hadiz[10],
bahwa tantangan besar yang kini dialami oleh civil society ialah
tidak hanya gerakan tersebut tidak padu, tetapi juga penuh kontradiksi di dalam
dirinya. Hal itu dikarenakan, elemen-elemen civil society terutama
kelompok kelas menengah, sejauh ini masih terus terisolasi dari lapisan sosial
paling bawah.
3. nationalism and proud to be indonesian
- Untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme pada generasi muda bisa dilakukan dengan berbagai cara, metode yang
digunakan bisa berupa hal yang menarik minat generasi muda untuk melakukannya sehingga
tindak muncul perasaan yang mudah bosan dan menjenuhkan. seperti berikut :
1. Refleksi sejarah
Salah satu Cara Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme Pada
Generasi Muda adalah melakukan nafak tilas sejarah baik itu dengan
melakukan perjalanan ke tempat-tempat bersejarah yang menjadi simbol perjuangan
para pejuang bangsa. selain itu bisa juga dengan mempelajari sejarah melalui
buku-buku yang menggambarkan perjuangan bangsa indonesia dalam memperjuangkan
kemerdekaan atau bisa juga melalui pemutaran film dokumenter yang
memperlihatkan betapa gigihnya pejuang bangsa dalam mewujudkan kemerdekaan.
2. Melalui upacara bendera
Sebagian siswa sejatinya belum memahami makna dari pelaksanaan
upacar bendera yang dilakukan setiap hari senin. melalui kegiatan upacara
bendera sebaiknya memberikan pemahaman tentang tujuan dilakukannya upacara
bendera sehingga jiwa nasionalisme siswa semakin besar.
3. Memperkenalkan berbagai keragaman budaya bangsa
Dengan memperkenalkan berbagai keragaman budaya bangsa serta
kekayaan sumber daya alam bangsa membuat para generasi muda akan merasa
beruntung telah dilahirkan di indonesia sehingga muncul jiwa
nasionalisme untuk menjaga keutuhan dan persatuan tanah air indonesia.
4. Melalui pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganeraan mengajarkan anak tentang bagaimana
menjadi warga negara yang baik, taat terhadap aturan negara dan juga sebagai
wadah untuk menumbuhkan semangat patriotisme. jadi seorang guru bisa menanamkan
jiwa nasionalisme pada siswa melalui pembelajaran PKn.
5. Melalui pengenalan tokoh sejarah
Tokoh sejarah juga bisa menjadi media untuk menumbuhkan
jiwa nasionalisme pada generasi muda bangsa misalkan dengan
menceritakan bagaimana perjuangan tokoh tersebut dalam melawan penjajah dan
mempertahankan keutuhan NKRI dari ancaman asing.
6. Memakai dan mencintai produk hasil produksi dalam negeri
salah satu Hal yang juga bisa menumbuhkan jiwa
nasionalisme generasi muda adalah dengan menganjurkan untuk selalu
menggunakan produk dalam negeri, sehingga muncul penghargaan tersendiri untuk
tanah airnya.
- Hilang
nya rasa nasionalisme di era globalisasi dikarenakan sebagai berikut :
a.Hilangnya
rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar
negeri
(sepertiMc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia.
Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan
gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa
Indonesia.
b.Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan
identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung
meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
c.Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang
kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi.
Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan
miskin yang dapat mengganggu
kehidupan nasional bangsa.
d.Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian
antarperilaku
sesamawarga. Dengan adanya individualism maka orang tidak akan peduli
dengan kehidupan bangsa.
- cara efektif
untuk menumbukan rasa nasionalisme di kalangan generasi muda dengan cara :
a. Pendidikan
formal
Semangat nasionalisme religius bisa ditumbuhkan melalui
pendidikan formal dimulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
Caranya bisa dengan memasukkan semangat nasionalisme religius ini ke dalam
kurikulum pelajaran tertentu seperti PKn, sejarah dan sebagainya. Metode
pengajarannya disesuaikan dengan usia peserta didik.
Meskipun diajarkan di sekolah, metode pengajarannya bisa
dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya story telling kisah para pahlawan,
menonton film perjuangan seperti Tjokroaminoto, pentas drama, baca puisi, dan
sebagainya. Cara mengajarkan anak semangat nasionalisme religius tidak perlu
dengan cara yang dogmatis. Seorang anak akan lebih mudah menerima pesan dengan
cara penyampaian yang menyenangkan.
Jika semangat nasionalisme religius ini secara konsisten
ditanamkan sejak anak-anak hingga menjadi mahasiswa maka ia akan tertanam dalam
sanubari. Dengan begitu generasi muda kita tidak akan mudah terpedaya oleh
rayuan ideologi yang justru akan merusak bangsa. Untuk itu, pemerintah harus membuat
kurikulum pendidikan yang memuat semangat nasionalisme religius secara
berkesinambungan.
b. Pendidikan non
formal
Selain melalui pendidikan formal, menumbuhkan semangat
nasionalisme religius juga bisa dilakukan melalui pendidikan non formal.
Misalnya semangat nasionalisme religius bisa ditumbuhkan melalui pengajian di
pesantren. Begitu juga dengan pengajian remaja masjid, rohis SMA atau kampus,
taman pendidikan Al Quran dan sebagainya.
Jika mungkin ada sesi pengajian khusus bertema cinta tanah air
dan semacamnya. Mungkin juga semangat kebangsaan ini selalu diselipkan
disela-sela pengajian dengan tema yang berkaitan. Metode pengajarannya tidak
mesti kaku dan terkadang membosankan. Apabila memungkinkan bisa juga menerapkan
metode pengajaran seperti pendidikan formal di atas. Misalnya dengan story
telling, nonton film, pentas drama, baca puisi dan lain sebagainya.
Penerapan cara ini akan menjangkau para pemuda yang tidak
menempuh pendidikan formal. Sebagian pemuda yang hanya belajar di pesantren pun
bisa mengetahui, memahami dan menjiwai semangat nasionalisme religius. Dengan
demikian diharapkan semangat kebangsaan ini bisa merasuk ke semua elemen
generasi muda.
c. Sosial media
Saat ini penggunaan sosial media di kalangan pemuda Indonesia
sudah menjadi hal biasa. Bahkan berdasarkan laporan tahunan dari We Are Social,
sebuah agensi marketing sosial, Indonesia memiliki 72,7 juta pengguna aktif
internet, 72 juta pengguna aktif sosial media, dimana 62 juta penggunanya
mengakses sosial media menggunakan perangkat mobile. Waktu yang digunakan untuk
mengakses sosial media rata-rata selama 2 jam 52 menit dalam sehari.
Data lain dari hasil studi berjudul “Digital Citizenship Safety
among Children and Adolescents in Indonesia” (Keamanan Penggunaan Media Digital
pada Anak dan Remaja di Indonesia) yang diadakan oleh UNICEF bermitra dengan
Kementerian Kominfo serta Berkman Center for Internet and Society, Harvard
University menyatakan bahwa setidaknya 30 juta anak-anak dan remaja di
Indonesia merupakan pengguna internet, dan media digital saat ini menjadi
pilihan utama saluran komunikasi yang mereka gunakan. Berdasarkan data di atas,
bisa disimpulkan bahwa para pemuda kita mayoritas sudah menggunakan internet
dan mereka menjadikan sosial media sebagai salah satu sarana untuk melakukan
komunikasi.
Untuk itu, salah satu cara menumbuhkan semangat nasionalisme
religius bisa dilakukan dengan menggunakan sosial media. Pemerintah, LSM,
partai politik dan pihak yang berkepentingan lainnya bisa melakukan kampanye
untuk meningkatkan semangat kebangsaan melalui sosial media. Kampanye tersebut
bisa berupa pemuatan tulisan berisi berita atau cerita, gambar, video dan
sebagainya. Tentu saja penyajiannya harus menarik agar para pemuda mau membaca
atau melihatnya.
d. Film dan Musik
Salah satu hal yang paling disukai oleh generasi muda adalah
film dan musik. Kedua sarana hiburan ini sangat efektif untuk mempengaruhi para
pemuda. Kita bisa melihat bagaimana penyebaran budaya, ideologi, trend busana
dan lain sebagainya dengan mudah dilakukan melalui dua media ini.
Oleh karena itu, film dan musik bisa dijadikan sarana penumbuhan
semangat nasionalisme religius untuk generasi muda. Kehadiran film
Tjokroaminoto bisa menjadi sarana pembelajaran tentang sosok seorang guru
bangsa. Belajar keteladanan seorang pahlawan jauh lebih mudah dengan menonton
filmnya daripada hanya sekedar membaca riwayat hidupnya di buku sejarah.
Semangat kebangsaan yang beliau miliki pun lebih mudah ditularkan kepada
generasi muda.
Keberadaan film sejenis Tjokroaminoto ini perlu terus didorong
oleh pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya. Film seperti ini jauh
lebih bermanfaat karena punya misi mendidik dengan tidak melupakan aspek
hiburannya. Pemerintah bisa memberikan insentif kepada produser yang mau
membuat film-film sejenis ini.
Musik yang bertema semangat kebangsaan pun bisa dirangsang untuk
muncul ke permukaan. Salah satu caranya yaitu dengan mengadakan festival musik
yang menampilkan hasil karya cipta generasi muda. Rangsangan yang diberikan
bisa berupa hadiah dan kesempatan untuk tampil di televisi nasional. Jika lomba
seperti ini sering dilakukan maka akan lahir banyak lagu-lagu bertema cinta
kepada negara.
Tentu akan sangat terasa berbeda ketika para pemuda tidak hanya
bisa bersenandung lagu asmara tapi mereka menyanyikan lagu-lagu cinta kepada
bangsa. Syair lagu yang sering dinyanyikan akan mempengaruhi pikiran dan
perasaan. Jika syair yang dilantunkan bernada positif tentu akan memberi
semangat dan motivasi. Begitu juga sebaliknya. Jadi lagu bisa menjadi sarana
untuk mempengaruhi generasi muda.
- saran/kritik saya
iyalah Indonesia mempunya beragam suku budaya dan setiap suku budaya
mempunyai cara tersendiri untuk menumbuhkan rasa nasionalisme makan tidak
ada salah nya untuk mengikuti atau turut serta dalam segala hal
nasionalisme agar generasi muda kita dapat mengerti rasa nasionalisme dan
juga mengenang bagai mana para pahlawan Indonesia yang sudah susah payah
menyatukan suku dan budaya di indonesia