Sabtu, 29 Juli 2017

UAS KEWARGANEGARAAN

1.      PENGARUH ASPEK KETAHANAN NASIONAL PADA KEHIDUPAN BERNEGARA
Ketahanan nasional merupakan gambaran dari kondisi sistem (tata) kehidupan nasional dalam berbagai aspek pada saat tertentu. Tiap-tiap aspek relatif berubah menurut waktu, ruang dan lingkungan terutama pada aspek-aspek dinamis sehingga interaksinya menciptakan kondisi umum yang sulit dipantau karena sangan komplek.

Konsepsi ketahanan nasional akan menyangkut hubungan antar aspek yang mendukung kehidupan, yaitu:
1.Aspek alamiah (Statis)
a. Geografi
b. Kependudukan
c. Sumber kekayaan alam


2.Aspek sosial (Dinamis)
a.Ideologi
b.Politik
c.Ekonomi
d.Sosial budaya
e.Ketahanan keamanan


PENGARUH ASPEK IDEOLOGI
Ideologi => Suatu sistem nilai yang merupakan kebulatan ajaran yang memberikan motivasi.
Dalam Ideologi terkandung konsep dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa. Keampuhan ideologi tergantung pada rangkaian nilai yang dikandungnya yang dapat memenuhi serta menjamin segala aspirasi hidup dan kehidupan manusia. Suatu ideologi bersumber dari suatu aliran pikiran/falsafah dan merupakan pelaksanaan dari sistem falsafah itu sendiri.


·         IDEOLOGI DUNIA
a.Liberalisme(Individualisme)
Negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak semua orang (individu) dalam masyarakat (kontraksosial). Liberalisme bertitik tolak dari hak asasi yang melekat pada manusia sejak lahir dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk penguasa terkecuali atas persetujuan dari yang bersangkutan. Paham liberalisme mempunyai nilai-nilai dasar (intrinsik) yaitu kebebasan kepentingan pribadi yang menuntut kebebasan individu secara mutlak. Tokoh: Thomas Hobbes, John Locke, J.J. Rousseau, Herbert Spencer, Harold J. Laski

b.Komunisme(ClassTheory)
Negara adalah susunan golongan (kelas) untuk menindas kelas lain.
Golongan borjuis menindas golongan proletar (buruh), oleh karena itu kaum buruh dianjurkan mengadakan revolusi politik untuk merebut kekuasaan negara dari kaum kapitalis & borjuis, dalam upaya merebut kekuasaan / mempertahankannya, komunisme,akan:

1. Menciptakan situasi konflik untuk mengadu golongan-golongan tertentu serta menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
2. Atheis, agama adalah racun bagi kehidupan masyarakat.
3. Mengkomuniskan dunia, masyarakat tanpa nasionalisme.
4. Menginginkan masyarakat tanpa kelas, hidup aman, tanpa pertentangan, perombakan masyarakat dengan revolusi.


c.PahamAgama
Negara membina kehidupan keagamaan umat dan bersifat spiritual religius. Bersumber pada falsafah keagamaan dalam kitab suci agama. Negara melaksanakan hukum agama dalam kehidupan dunia.


·         IDEOLOGI PANCASILA
Merupakan tatanan nilai yang digali (kristalisasi) dari nilai-nilai dasar budaya bangsa Indonesia. Kelima sila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga pemahaman dan pengamalannya harus mencakup semua nilai yang terkandung didalamnya.
Ketahanan ideologi diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan ideologi bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan yang dari luar/dalam, langsung/tidak langsung dalam rangka menjamin kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan negara Indonesia.
Untuk mewujudkannya diperlukan kondisi mental bangsa yang berlandaskan keyakinan akan kebenaran ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara serta pengamalannya yang konsisten dan berlanjut.
Untuk memperkuat ketahanan ideologi perlu langkah pembinaan sebagai berikut:
1.Pengamalan Pancasila secara obyektif dan subyektif.
2.Pancasila sebagai ideologi terbuka perlu direlevansikan dan diaktualisasikan agar mampu membimbing dan mengarahkan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
3.Bhineka Tunggal Ika dan Wasantara terus dikembangkan dan ditanamkan dalam masyarakat yang majemuk sebagai upaya untuk menjaga persatuan bangsa dan kesatuan wilayah.
4.Contoh para pemimpin penyelenggara negara dan pemimpin tokoh masyarakat merupakan hal yang sangat mendasar.
5.Pembangunan seimbang antara fisik material dan mental spiritual untuk menghindari tumbuhnya materialisme dan sekularisme
6.Pendidikan moral Pancasila ditanamkan pada anak didik dengan cara mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain


PENGARUH ASPEK POLITIK

Politik berasal dari kata politics dan atau policy yang berarti kekuasaan (pemerintahan) atau kebijaksanaan.
Politik di Indonesia:
1. DalamNegeri
Adalah kehidupan politik dan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan UUD ’45 yang mampu menyerap aspirasi dan dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam satu system yang unsur-unsurnya:


a.StrukturPolitik
Wadah penyaluran pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat dan sekaligus wadah dalam menjaring/pengkaderan pimpinan nasional


b.ProsesPolitik
Rangkaian pengambilan keputusan tentang berbagai kepentingan politik maupun kepentingan umum yang bersifat nasional dan penentuan dalam pemilihan kepemimpinan yang akhirnya terselenggara pemilu.


c.BudayaPolitik
Pencerminan dari aktualisasi hak dan kewajiban rakyat dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara yang dilakukan secara sadar dan rasional melalui pendidikan politik dan kegiatan politik sesuai dengan disiplinnasional.

d.KomunikasiPolitik
Hubungan timbal balik antar berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, baik rakyat sebagai sumber aspirasi maupun sumber pimpinan-pimpinan nasional

 2. LuarNegeri
Salah satu sasaran pencapaian kepentingan nasional dalam pergaulan antar bangsa.
Landasan Politik Luar Negeri = Pembukaan UUD ’45, melaksanakan ketertiban dunia, berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial dan anti penjajahan karena tidak sesuai dengan kemanusiaan dan keadilan.
Politik Luar Negeri Indonesia adalah bebas dan aktif.
Bebas = Indonesia tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
Aktif = Indonesia dalam percayuran internasional tidak bersifat reaktif dan tidak menjadi obyek, tetapi berperan atas dasar cita-citanya.
Untuk mewujudkan ketahanan aspek politik diperlukan kehidupan politik bangsa yang sehat dan dinamis yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas politik yang bersadarkan Pancasila UUD ‘45
Ketahanan pada aspek politik dalam negeri = Sistem pemerintahan yang berdasarkan hukum, mekanisme politik yang memungkinkan adanya perbedaan pendapat. Kepemimpinan nasional yang mengakomodasikan aspirasi yang hidup dalam masyarakat
Ketahanan pada aspek politik luar negeri = meningkatkan kerjasama internasional yang saling menguntungkan dan meningkatkan citra positif Indonesia. Kerjasama dilakukan sesuai dengan kemampuan dan demi kepentingan nasional. Perkembangan, perubahan, dan gejolak dunia terus diikuti dan dikaji dengan seksama.memperkecil ketimpangan dan mengurangi ketidakadilan dengan negara industri maju. Mewujudkan tatanan dunia baru dan ketertiban dunia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melindungi kepentingan Indonesia dari kegiatan diplomasi negatif negara lain dan hak-hak WNI di luar negeri perlu ditingkatkan


PENGARUH ASPEK EKONOMI
Perekonomian:
1.Aspek kehidupan nasional yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat meliputi: produksi, distribusi, dan konsumsi barang-barang jasa
2.Usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara individu maupun kelompok, serta cara-cara yang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan.
Sistem perekonomian yang diterapkan oleh suatu negara akan memberi corak terhadap kehidupan perekonomian negara yang bersangkutan. Sistem perekonomian liberal dengan orientasi pasar secara murni akan sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, sebaliknya sistem perekonomian sosialis dengan sifat perencanaan dan pengendalian oleh pemerintah kurang peka terhadap pengaruh-pengaruh dari luar.
Perekonomian Indonesia = Pasal 33 UUD ‘45
Sistem perekonomian sebagai usaha bersama berarti setiap warga negara mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam menjalankan roda perekonomian dengan tujuan untuk mensejahterakan bangsa. Dalam perekonomian Indonesia tidak dikenal monopoli dan monopsoni baik oleh pemerintah/swasta. Secara makro sistem perekonomian Indonesia dapat disebut sebagai sistem perekonomian kerakyatan.
Wujud ketahanan ekonomi tercermin dalam kondisi kehidupan perekonomian bangsa yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis serta kemampuan menciptakan kemandirian ekonomi nasional dengan daya saing tinggi dan mewujudkan kemampuan rakyat.
Untuk mencapai tingkat ketahanan ekonomi perlu pertahanan terhadap berbagai hal yang menunjang, antara lain:
1.Sistem ekonomi Indonesia harus mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan yang adil dan merata.
2.EkonomiKerakyatanMenghindari:
a. Sistem free fight liberalism: Menguntungkan pelaku ekonomi yang kuat.
b. Sistem Etastisme: Mematikan potensi unit-unit ekonomi diluar sektor negara.
c. Monopoli: Merugikan masyarakat dan bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial.
3.Struktur ekonomi dimantapkan secara seimbang antara sektor pertanian, perindustrian dan jasa.
4.Pembangunan ekonomi dilaksanakan sebagai usaha bersama dibawah pengawasan anggota masyarakat memotivasi dan mendorong peran serta masyarakat secara aktif.
5.Pemerataan pembangunan.
6.Kemampuan bersaing.


PENGARUH ASPEK SOSIAL BUDAYA
Sosial = Pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, senasib, sepenanggungan, solidaritas yang merupakan unsur pemersatu
Budaya = Sistem nilai yang merupakan hasil hubungan manusia dengan cipta rasa dan karsa yang menumbuhkan gagasan-gagasan utama serta merupakan kekuatan pendukung penggerak kehidupan.
Kebudayaan diciptakan oleh faktor organobiologis manusia, lingkungan alam, lingkungan psikologis, dan lingkungan sejarah.
Dalam setiap kebudayaan daerah terdapat nilai budaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh budaya asing (local genuis). Local genuis itulah pangkal segala kemampuan budaya daerah untuk menetralisir pengaruh negatif budaya asing.
Kebuadayaan nasional merupakan hasil (resultante) interaksi dari budaya-budaya suku bangsa (daerah) atau budaya asing (luar) yang kemudian diterima sebagai nilai bersama seluruh bangsa. Interaksi budaya harus berjalan secara wajar dan alamiah tanpa unsur paksaan dan dominasi budaya terhadap budaya lainnya.
Kebudayaan nasional merupakan identitas dan menjadi kebanggaan Indonesia. Identitas bangsa Indonesia adalah manusia dan masyarakat yang memiliki sifat-sifat dasar:
1.Religius
2.Kekeluargaan
3.Hidup seba selaras
4.Kerakyatan


Wujud ketahanan sosial budaya tercermin dalam kondisi kehidupan sosial budaya bangsa yang dijiwai kepribadian nasional, yang mengandung kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang serta kemampuan menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.


PENGARUH ASPEK HANKAM
Pertahanan Keamanan Indonesia=> Kesemestaan daya upaya seluruh rakyat Indonesia sebagai satu sistem ketahanan keamanan negara dalam mempertahankan dan mengamankan negara demi kelangsungan hidup dan kehidupan bangsa dan negara RI.
Pertahanan keamanan negara RI dilaksanakan dengan menyusun, mengerahkan, menggerakkan seluruh potensi nasional termasuk kekuatan masyarakat diseluruh bidang kehidupan nasional secara terintegrasi dan terkoordinasi.
Penyelenggaraan ketahanan dan keamanan secara nasional merupakan salah satu fungi utama dari pemerintahan dan negara RI dengan TNI dan Polri sebagai intinya, guna menciptakan keamanan bangsa dan negara dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional Indonesia.
Wujud ketahanan keamanan tercermin dalam kondisi daya tangkal bangsa yang dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas pertahanan keamanan negara (Hankamneg) yang dinamis, mengamankan pembangunan dan hasil-hasilnya serta kemampuan mempertahankan kedaulatan negara dan menangkal segala bentuk ancaman.
Postur kekuatan pertahanan keamanan mencakup:
 1.Struktur kekuatan
2.Tingkat kemampuan
3.Gelar kekuatan


Untuk membangun postur kekuatan pertahanan keamanan melalui empat pendekatan:
1.Ancaman
2.Misi
3.Kewilayahan
4.Politik


Pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman dari luar dan menjadi tanggung jawab TNI. Keamanan diarahkan untuk menghadapi ancaman dari dalam negeri dan menjadi tanggung jawab Polri.
TNI dapat dilibatkan untuk ikut menangani masalah keamanan apabila diminta atau Polri sudah tidak mampu lagi karena eskalasi ancaman yang meningkat ke keadaan darurat.
Secara geografis ancaman dari luar akan menggunakan wilayah laut dan udara untuk memasuki wilayah Indonesia (initial point). Oleh karena itu pembangunan postur kekuatan pertahanan keamanan masa depan perlu diarahkan kepada pembangunan kekuatan pertahanan keamanan secara proporsional dan seimbang antara unsur-unsur utama.
Kekuatan Pertahanan = AD, AL, AU. Dan unsur utama Keamanan = Polri.
Gejolak dalam negeri harus diwaspadai karena tidak menutup kemungkinan mengundang campur tangan asing (link up) dengan alasan-alasan:
·         Menegakkan HAM.
·          Demokrasi.
·          Penegakan hukum.
·         Lingkungan hidup.


Mengingat keterbatasan yang ada, untuk mewujudkan postur kekuatan pertahanan keamanan kita mengacu pada negara-negara lain yang membangun kekuatan pertahanan keamanan melalui pendekatan misi yaitu = untuk melindungi diri sendiri dan tidak untuk kepentingan invasi (standing armed forces):
  1. Perlawanan bersenjata = TNI, Polri, Ratih (rakyat terlatih) sebagai fungsi perlawanan rakyat. 
  2. Perlawanan tidak bersenjata = Ratih sebagai fungsi dari TIBUM, KAMRA, LINMAS.
  3. Komponen pendukung = Sumber daya nasional sarana dan prasarana serta perlindungan masyarakat terhadap bencana perang.


Ketahanan pada Aspek Pertahanan Keamanan
  1. Mewujudkan kesiapsiagaan dan upaya bela negara melalui penyelenggaraan SISKAMNAS. 
  2. Indonesia adalah bangsa cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan dan kedaulatan.
  3. Pembangunan pertahanan keamanan ditujukan untuk menjamin perdamaian dan stabilitas keamanan.
  4. Potensi nasional dan hasil-hasil pembangunan harus dilindungi.
  5. Mampu membuat perlengkapan dan peralatan pertahanan keamanan.
  6. Pembangunan dan penggunaan kekuatan pertahanan keamanan diselenggarakan oleh manusia-manusia yang berbudi luhur, arif, bijaksana, menghormati HAM, menghayati nilai perang dan damai.
  7. TNI sebagai tentara rakyat, tentara pejuang berpedoman pada Sapta Marga. 
  8. Polri sebagai kekuatan inti KAMTIBMAS berpedoman pada Tri Brata dan Catur Prasetya.
menurut saya sejauh ini ketahanan nasional Indonesia saat ini kurang baik dan ada dua aspek yaitu ancaman dari dalam negri dan luar negri :


  •  Ancaman Dari Dalam Negri contohnya adalah pemberontakan dan subversi yang berasal atau terbentuk dari masyarakat.

  • Ancaman Dari Luar Negri contohnya adalah infiltrasi dan subversi maupun intervensi dari kekuatan kolonialisme dan imperialisme serta invansi dari darat, udara dan laut oleh musuh luar negri belum lagi saat ini saat ini sedang menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean yang banyak penduduk luar negri yang masuk ke dalam negara Indonesia yang tidak menutup kemungkinan akan banyak imigran gelap yang itu dapat menjadi ancaman baru seperti Teroris dll
sumber : http://jaenal-abidinbin.blogspot.co.id/2012/06/aspek-aspek-ketahanan-nasional.html


          2Contoh kasus pelaksanaan Demokrasi di Indonesia

- contoh kasus pelaksanaan demokrasi di indonesia:
1998 terjadi penembakan terhadap empat mahasiswa Trisakti. Penembakan ini dilakukan terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta, Indonesia serta puluhan lainnya luka.
Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana (1978 – 1998), Heri Hertanto (1977 – 1998), Hafidin Royan (1976 – 1998), dan Hendriawan Sie (1975 – 1988). Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan dada.
Saat itu ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis finansial Asia sepanjang 1997 – 1999. Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke gedung DPR/MPR, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.
Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri dan militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri.
Pada pukul 5.15 sore hari, para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar berlindung di universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras
peran dari civil society :
Tidak mudah untuk mengidentifikasi civil society di Indonesia. Beberapa pakar politik maupun sosial bahkan, seringkali berselisih paham dalam mengkategorisasikan jenis masyarakat sipil yang ada di Indonesia. Sebagai contoh, apakah partai politik termasuk salah satu elemen masyarakat sipil ataukah bukan, hingga kini masih debatable. Pro-kontra tampak masih mewarnai narasi civil society di Indonesia. Untuk kasus partai politik, sebagian kalangan menganggapnya sebagai bagian dari masyarakat sipil sepanjang ia memainkan peran pengimbang kekuasaan negara. Biasanya, partai yang dijadikan prototip bagi sebuah model civil society adalah kategori partai dengan tingkat perolehan suara yang rendah, sehingga leluasa dalam memainkan peran kontrol dan kritiknya terhadap negara. Sedangkan, mereka yang enggan memasukkan partai politik sebagai elemen masyarakat sipil memandang partai politik adalah bagian dari organisasi politik yang memiliki peluang dalam merebut kekuasaan formal negara. Terlepas dari perdebatan yang ada, mencermati dinamika dan perkembangan masyarakat sipil di Indonesia tetap menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji.    
Di awal telah disinggung bahwa peran civil society dalam aras demokrasi adalah sesuatu yang tak bisa ditawar. Terlebih, Indonesia pasca Orde Baru yang memberikan peluang besar bagi tumbuh dan berkembangnya elemen masyarakat sipil patut diapresiasi. Akan tetapi, hal itu tentu saja tidak membuat kita bertepuk dada. Era reformasi hanyalah sebuah fase transisi menuju konsolidasi demokrasi. Fase tersebut mestinya tercipta suatu kondisi di mana nilai-nilai demokrasi mengalami pemolaan dalam setiap perilaku warga negaranya. Ironisnya, hampir 18 tahun reformasi bergulir, namun nilai-nilai dan norma demokrasi belum juga menemukan proses pembatinan di dalam pola laku warga negaranya. Diakui atau tidak, sejauh ini demokrasi masih terbatas pada tataran wacana yang terkadang habis meluap di dalam warung-warung kopi, kalau bukan menjadi barang konsumsi elit. Disadari bahwa demokrasi memang belum mengakar kuat pada masyarakat di tingkat grass root. Masyarakat sebagian besar masih memandang demokrasi hanya sebatas urusan prosedural-elektoral. Tentu saja, pemahaman tersebut tidak mencerminkan substansi dari demokrasi itu sendiri.
            Transisi menuju demokrasi (proses konsolidasi demokrasi) masih terus mendapat tantangan dan ujian yang cukup berat, terlebih di era pemerintahan Jokowi saat ini. Karenanya, rezim Jokowi mesti disambut penuh waspada dan curiga, tidak sekadar bergegap gempita. Musuh-musuh demokrasi baik dari dalam maupun dari luar masih terus mengintai–bahkan, tak segan mengandasi–perjalanan menuju demokrasi yang dicita-citakan. Tanpa menyembunyikan pihak mana saja yang kini masih terus menggerogoti demokrasi dari dalam yakni mereka yang belakangan ini sering menggunakan jubah agama sebagai tamengnya. Fundamentalisme agama tampak masih menjadi tantangan besar bagi republik ini menuju pembiasaan norma-norma dan nilai demokrasi (konsolidasi demokrasi). Berikutnya adalah “si baret hijau” yang kini terus mengonsolidasikan kekuatannya untuk merebut ruang sipil. Ajang perebutan ruang publik yang kini dipentaskan oleh agen represif negara masih menjadi hantu yang patut diwaspadai tindak-tanduknya. Parahnya “si baret cokelat” yang mestinya tidak ikut-ikutan–mengingat statusnya sebagai warga sipil–justru ikut ambil bagian dalam aksi represivitas yang tensinya terus meningkat akhir-akhir ini.
Tantangan yang ketiga adalah kuasa “pemodal-predatoris” yang kini bertengger di jajaran rezim pemerintahan Jokowi. Khusus yang disebut terakhir ini pengaruhnya dalam beberapa dekade terakhir ini cukup besar. Negara bahkan dibuat tak berkutik–kalau tidak disebut mati kutuk dibuatnya. Tesis oligarki yang jauh-jauh hari telah disentil oleh Richard Robinson dan Vedi R. Hadiz ketika menganalisis kekuatan kapital di Indonesia mulai dari naiknya Suharto hingga memasuki masa peralihan reformasi, sama sekali tidak mengubah konfigurasi relasi kapital yang terbangun di tingkat elit. Bahkan, tesis tersebut menemukan korelasinya dengan sikon yang berlangsung saat ini. Percaya atau tidak, rezim Jokowi saat ini adalah representasi dari kuasa oligarki. Pembajakan demokrasi oleh para oligarki yang saat ini bersarang di dalam rezim Jokowi nyaris demokrasi direduksi hanya sekadar instrumen legitimasi kepentingan kelas pemodal.
 Banyak kalangan menilai bahwa reformasi sama sekali belum mampu membawa dampak signifikan–untuk tidak dikatakan gagal total–dalam mendorong demokratisasi. Masih banyak terdapat praktik-praktik dari aparatus represif yang justru mengarah pada kondisi kanibalistik. Pembantaian masih terjadi di mana-mana tanpa suatu alasan yang jelas. Ruang diskursus publik masih dihantui oleh pelarangan dan pembubaran paksa. Fenomena pembubaran diskusi publik serta penyisiran buku-buku beraliran kiri yang terjadi beberapa tahun terkahir ini turut memperkuat kenyataan tersebut. Aksi sepihak dan sewenang-wenang yang dilakukan oleh aparatus negara represif tersebut nyata-nyata sangat mencederai nilai-nilai demokrasi yang selama ini digelorakan. Kondisi demikian menunjukkan situasi paradoks. Artinya, di satu sisi kita meneriakkan tegaknya demokrasi, namun di sisi tertentu kita sendiri yang membunuh nilai-nilai demokrasi itu.
            Harapan tegaknya nilai-nilai demokrasi itu tiada henti diteriakkan di setiap sudut republik, sementara aksi pembungkaman dan pengebirian hak-hak politik warga mendapat perlawanan yang serius oleh mereka yang anti-demokrasi. Tidak hanya mereka yang berjubah agama, melainkan mereka yang getol mengumandangkan demokrasi–borjuis lokal, nasional, asing, juga elit penyelenggara negara dan aparatusnya. Iklim demokrasi Indonesia di era reformasi seolah menampilkan wajah anomalinya yang tampak mengerikan, di mana panggung demokrasi benar-benar diisi oleh manusia-manusia tak waras. Mereka seolah mengidap penyakit ketidakwarasan atau kepribadian ganda (split of personality) yang ujung-ujungnya mengarah pada perilaku inkonsistensi. Di satu sisi mereka meneriakkan demokrasi adalah harga mati, namun pada saat yang sama mereka justru membunuh nilai-nilai demokrasi itu sendiri.
            Melihat kondisi yang ada, kita selayaknya bertanya, kira-kira sejauh mana komitmen civil society ke depan dalam mendorong konsolidasi demokrasi. Tentu, tugas tersebut bukan sebuah pekerjaan yang mudah. Mengingat, konfigurasi gerakan civil society akhir-akhir ini yang kurang solid ditambah kentalnya watak pragmatisme di kalangan masyarakat sipil. Sehingga, kenyataan ini justru semakin memperkuat asumsi Vedi R. Hadiz[10], bahwa tantangan besar yang kini dialami oleh civil society ialah tidak hanya gerakan tersebut tidak padu, tetapi juga penuh kontradiksi di dalam dirinya. Hal itu dikarenakan, elemen-elemen civil society terutama kelompok kelas menengah, sejauh ini masih terus terisolasi dari lapisan sosial paling bawah.

      3. nationalism and proud to be indonesian

  • Untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme pada generasi muda bisa dilakukan dengan berbagai cara, metode yang digunakan bisa berupa hal yang menarik minat generasi muda untuk melakukannya sehingga tindak muncul perasaan yang mudah bosan dan menjenuhkan. seperti berikut :

1. Refleksi sejarah
Salah satu Cara Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme Pada Generasi Muda adalah melakukan nafak tilas sejarah baik itu dengan melakukan perjalanan ke tempat-tempat bersejarah yang menjadi simbol perjuangan para pejuang bangsa. selain itu bisa juga dengan mempelajari sejarah melalui buku-buku yang menggambarkan perjuangan bangsa indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan atau bisa juga melalui pemutaran film dokumenter yang memperlihatkan betapa gigihnya pejuang bangsa dalam mewujudkan kemerdekaan.

2. Melalui upacara bendera
Sebagian siswa sejatinya belum memahami makna dari pelaksanaan upacar bendera yang dilakukan setiap hari senin. melalui kegiatan upacara bendera sebaiknya memberikan pemahaman tentang tujuan dilakukannya upacara bendera sehingga jiwa nasionalisme siswa semakin besar.

3. Memperkenalkan berbagai keragaman budaya bangsa
Dengan memperkenalkan berbagai keragaman budaya bangsa serta kekayaan sumber daya alam bangsa membuat para generasi muda akan merasa beruntung telah dilahirkan di indonesia sehingga muncul jiwa nasionalisme untuk menjaga keutuhan dan persatuan tanah air indonesia.

4. Melalui pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganeraan mengajarkan anak tentang bagaimana menjadi warga negara yang baik, taat terhadap aturan negara dan juga sebagai wadah untuk menumbuhkan semangat patriotisme. jadi seorang guru bisa menanamkan jiwa nasionalisme pada siswa melalui pembelajaran PKn.

5. Melalui pengenalan tokoh sejarah
Tokoh sejarah juga bisa menjadi media untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme pada generasi muda bangsa misalkan dengan menceritakan bagaimana perjuangan tokoh tersebut dalam melawan penjajah dan mempertahankan keutuhan NKRI dari ancaman asing.

6. Memakai dan mencintai produk hasil produksi dalam negeri
salah satu Hal yang juga bisa menumbuhkan jiwa nasionalisme generasi muda adalah dengan menganjurkan untuk selalu menggunakan produk dalam negeri, sehingga muncul penghargaan tersendiri untuk tanah airnya.

  • Hilang nya rasa nasionalisme di era globalisasi dikarenakan sebagai berikut :
a.Hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri
(sepertiMc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan
gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.

b.Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.

c.Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu
kehidupan nasional bangsa.

d.Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku
sesamawarga. Dengan adanya individualism maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

  • cara efektif untuk menumbukan rasa nasionalisme di kalangan generasi muda dengan cara :
a. Pendidikan formal
Semangat nasionalisme religius bisa ditumbuhkan melalui pendidikan formal dimulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Caranya bisa dengan memasukkan semangat nasionalisme religius ini ke dalam kurikulum pelajaran tertentu seperti PKn, sejarah dan sebagainya. Metode pengajarannya disesuaikan dengan usia peserta didik.
Meskipun diajarkan di sekolah, metode pengajarannya bisa dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya story telling kisah para pahlawan, menonton film perjuangan seperti Tjokroaminoto, pentas drama, baca puisi, dan sebagainya. Cara mengajarkan anak semangat nasionalisme religius tidak perlu dengan cara yang dogmatis. Seorang anak akan lebih mudah menerima pesan dengan cara penyampaian yang menyenangkan.
Jika semangat nasionalisme religius ini secara konsisten ditanamkan sejak anak-anak hingga menjadi mahasiswa maka ia akan tertanam dalam sanubari. Dengan begitu generasi muda kita tidak akan mudah terpedaya oleh rayuan ideologi yang justru akan merusak bangsa. Untuk itu, pemerintah harus membuat kurikulum pendidikan yang memuat semangat nasionalisme religius secara berkesinambungan.
b. Pendidikan non formal
Selain melalui pendidikan formal, menumbuhkan semangat nasionalisme religius juga bisa dilakukan melalui pendidikan non formal. Misalnya semangat nasionalisme religius bisa ditumbuhkan melalui pengajian di pesantren. Begitu juga dengan pengajian remaja masjid, rohis SMA atau kampus, taman pendidikan Al Quran dan sebagainya.
Jika mungkin ada sesi pengajian khusus bertema cinta tanah air dan semacamnya. Mungkin juga semangat kebangsaan ini selalu diselipkan disela-sela pengajian dengan tema yang berkaitan. Metode pengajarannya tidak mesti kaku dan terkadang membosankan. Apabila memungkinkan bisa juga menerapkan metode pengajaran seperti pendidikan formal di atas. Misalnya dengan story telling, nonton film, pentas drama, baca puisi dan lain sebagainya.
Penerapan cara ini akan menjangkau para pemuda yang tidak menempuh pendidikan formal. Sebagian pemuda yang hanya belajar di pesantren pun bisa mengetahui, memahami dan menjiwai semangat nasionalisme religius. Dengan demikian diharapkan semangat kebangsaan ini bisa merasuk ke semua elemen generasi muda.
c. Sosial media
Saat ini penggunaan sosial media di kalangan pemuda Indonesia sudah menjadi hal biasa. Bahkan berdasarkan laporan tahunan dari We Are Social, sebuah agensi marketing sosial, Indonesia memiliki 72,7 juta pengguna aktif internet, 72 juta pengguna aktif sosial media, dimana 62 juta penggunanya mengakses sosial media menggunakan perangkat mobile. Waktu yang digunakan untuk mengakses sosial media rata-rata selama 2 jam 52 menit dalam sehari.
Data lain dari hasil studi berjudul “Digital Citizenship Safety among Children and Adolescents in Indonesia” (Keamanan Penggunaan Media Digital pada Anak dan Remaja di Indonesia) yang diadakan oleh UNICEF bermitra dengan Kementerian Kominfo serta Berkman Center for Internet and Society, Harvard University menyatakan bahwa setidaknya 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia merupakan pengguna internet, dan media digital saat ini menjadi pilihan utama saluran komunikasi yang mereka gunakan. Berdasarkan data di atas, bisa disimpulkan bahwa para pemuda kita mayoritas sudah menggunakan internet dan mereka menjadikan sosial media sebagai salah satu sarana untuk melakukan komunikasi.
Untuk itu, salah satu cara menumbuhkan semangat nasionalisme religius bisa dilakukan dengan menggunakan sosial media. Pemerintah, LSM, partai politik dan pihak yang berkepentingan lainnya bisa melakukan kampanye untuk meningkatkan semangat kebangsaan melalui sosial media. Kampanye tersebut bisa berupa pemuatan tulisan berisi berita atau cerita, gambar, video dan sebagainya. Tentu saja penyajiannya harus menarik agar para pemuda mau membaca atau melihatnya.
d. Film dan Musik
Salah satu hal yang paling disukai oleh generasi muda adalah film dan musik. Kedua sarana hiburan ini sangat efektif untuk mempengaruhi para pemuda. Kita bisa melihat bagaimana penyebaran budaya, ideologi, trend busana dan lain sebagainya dengan mudah dilakukan melalui dua media ini.
Oleh karena itu, film dan musik bisa dijadikan sarana penumbuhan semangat nasionalisme religius untuk generasi muda. Kehadiran film Tjokroaminoto bisa menjadi sarana pembelajaran tentang sosok seorang guru bangsa. Belajar keteladanan seorang pahlawan jauh lebih mudah dengan menonton filmnya daripada hanya sekedar membaca riwayat hidupnya di buku sejarah. Semangat kebangsaan yang beliau miliki pun lebih mudah ditularkan kepada generasi muda.
Keberadaan film sejenis Tjokroaminoto ini perlu terus didorong oleh pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya. Film seperti ini jauh lebih bermanfaat karena punya misi mendidik dengan tidak melupakan aspek hiburannya. Pemerintah bisa memberikan insentif kepada produser yang mau membuat film-film sejenis ini.
Musik yang bertema semangat kebangsaan pun bisa dirangsang untuk muncul ke permukaan. Salah satu caranya yaitu dengan mengadakan festival musik yang menampilkan hasil karya cipta generasi muda. Rangsangan yang diberikan bisa berupa hadiah dan kesempatan untuk tampil di televisi nasional. Jika lomba seperti ini sering dilakukan maka akan lahir banyak lagu-lagu bertema cinta kepada negara.
Tentu akan sangat terasa berbeda ketika para pemuda tidak hanya bisa bersenandung lagu asmara tapi mereka menyanyikan lagu-lagu cinta kepada bangsa. Syair lagu yang sering dinyanyikan akan mempengaruhi pikiran dan perasaan. Jika syair yang dilantunkan bernada positif tentu akan memberi semangat dan motivasi. Begitu juga sebaliknya. Jadi lagu bisa menjadi sarana untuk mempengaruhi generasi muda.

  • saran/kritik saya iyalah Indonesia mempunya beragam suku budaya dan setiap suku budaya mempunyai cara tersendiri untuk menumbuhkan rasa nasionalisme makan tidak ada salah nya untuk mengikuti atau turut serta dalam segala hal nasionalisme agar generasi muda kita dapat mengerti rasa nasionalisme dan juga mengenang bagai mana para pahlawan Indonesia yang sudah susah payah menyatukan suku dan budaya di indonesia 


0 komentar:

Posting Komentar